RSS

PENCAPAIAN PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN DI KABUPATEN BINTAN TAHUN 2006

18 Jan

 

copy-of-muslim-22.jpg

By Muslim, S.Gz

Pendidikan Program Pascasarjana SIMKES IKM UGM

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, kemauan, kemampuan dan kesadaran hidup sehat bagi setiap penduduk serta tumbuhnya sikap kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi. Hal ini memungkinkan untuk tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Dalam kerangka mengatasi keadaan dan masalah pembangunan kesehatan yang dihadapi dewasa ini, penyelenggaraan upaya kesehatan harus diarahkan pada peningkatan derajat kesehatan masyarakat, kondisi lingkungan baik fisik, biologik maupun sosial budaya, upaya kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan serta kerja sama lintas sektor dan pemberdayaan masyarakat. Dengan pengutamaan pada upaya-upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan.

Dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan dan keluarga Berencana sepanjang tahun 2006, maka hasil pencapaian melalui beberapa indikator dapat digambarkan derajat kesehatan masyarakat Kabupaten Bintan seperti berikut ini :

1. Angka Kematian Bayi

Di Kabupaten Bintan selama tahun 2006 tercatat sebanyak 2.945 kelahiran hidup dan 13 kasus lahir mati, ini berarti bahwa ada sebesar 0,43 persen terjadi kasus lahir mati (fetal death) dari kelahiran. Sedangkan jumlah bayi yang mati dengan kematian umur 0 – <28 hari (neonatus) dan kematian umur 0 – < 1 tahun yaitu sebanyak 10 kasus (3,3 permill), ini berarti bahwa terjadi kematian bayi umur 0 – 1 tahun sebanyak 3 bayi setiap seribu bayi yang ada, angka ini lebih baik bila dibandingkan dengan tahun 2005, dimana terjadi kematian bayi umur 0 – 1 tahun sebanyak 4 – 5 kasus setiap seribu kelahiran hidup.

2. Angka Kematian Anak Balita.

Pada tahun 2006 tidak terdapat kematian anak balita (AKB) dari 16.734 anak balita yang ada, ini merupakan suatu peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang sangat baik di Kabupaten Bintan karena pada tahun sebelumnya terdapat 1 kasus kematian anak balita, (0,06 permil) atau setiap seribu anak balita terdapat 0.06 atau tidak sampai 1 orang anak balita yang meninggal.

3. Angka Kematian Ibu Maternal.

Kematian ibu maternal adalah kematian ibu selama masa kehamilan, waktu melahirkan dan masa nifas. Jumlah kematian ibu maternal pada tahun 2006 sebanyak 4 kasus (1,1 permil) artinya setiap seribu ibu hamil melahirkan dan masa nifas terdapat 1 orang yang meninggal, angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun 2005, dimana terjadi kematian ibu maternal sebanyak 1 kasus (0,3 permill) dari setiap ibu yang hamil, melahirkan dan masa nifas.

Tabel 1

Jumlah Kematian Ibu Maternal Per Kecamatan

Di Kabupaten Bintan Tahun 2006

NO

KECAMATAN

JUMLAH IBU HAMIL

JUMLAH KEMATIAN IBU MATERNAL

KEMATIAN IBU HAMIL

KEMATIAN IBU BERSALIN

KEMATIAN IBU NIFAS

JUMLAH

1

Bintan Timur

1.338

0

1

0

1

2

Bintan Utara

961

0

1

0

1

3

Gunung Kijang

518

0

1

0

1

4

Teluk Bintan

254

0

1

0

1

5

Teluk Sebong

298

0

0

0

0

6

Tambelan

153

0

0

0

1

KAB. BINTAN

3.572

0

4

0

4

Peningkatan jumlah kasus dari tahun sebelumnya disebabkan karena adanya penambahan tenaga bidan, dimana dengan adanya penambahan tenaga bidan ini daerah yang dulunya jauh dari jangkauan pelayanan kesehatan/daerah terpencil dapat terakses dan diberikan pelayanan kesehatan khususnya setiap kejadian pada kehamilan tercatat dan terlayani.

4. Angka Kesakitan Penyakit Tertentu.

Indikator Angka Kesakitan Penyakit tertentu ini berdasarkan data yang ada dikelompokkan menjadi penyakit menular dan penyakit tidak menular.

a. Penyakit Menular

Acute Flaccid Paralysis ( AFP) dan TB Paru

Pada tahun 2004 dan 2005 di Kabupaten Bintan tidak dijumpai penyakit AFP demikian juga pada tahun 2006 kasus AFP juga tidak dijumpai walaupun telah gencar dicari melalui Puskesmas Pembantu, Polindes, Puskesmas maupun klinik swasta.

Sedangkan penyakit TB paru tahun 2006 di Kabupaten Bintan menurut data dari Puskesmas dan seksi Penanggulangan Penyakit Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan adalah 945 kasus TB Paru Klinis (7,7 per 1000 penduduk) dan 126 kasus dengan BTA positif (1,03 per 1000 penduduk). Keadaan ini jika dibandingkan tahun lalu terjadi peningkatan kasus dimana pada tahun 2005 kasus TB Paru klinis 4,9 per 1.000 penduduk) dan kasus TB Paru positif 0,57 per 1.000 penduduk.

Berdasarkan sasaran pembangunan kesehatan RPJMD 2006-2010 angka keberhasilan pengobatan TB > 85 persen, angka ini pada tahun 2006 telah tercapai dimana penderita TB yang diobati oleh tenaga kesehatan dan sembuh 100 persen.

<!–[if mso & !supportInlineShapes & supportFields]> SHAPE \* MERGEFORMAT <![endif]–>

945

126

108

TBC Klinis

TBC Positif

Sembuh

Gambar 1

Jumlah Penderita TB Paru berdasarkan TBC Klinis, Positif dan Sembuh di Kabupaten Bintan tahun 2006

<!–[if mso & !supportInlineShapes & supportFields]> <![endif]–>

Pneumonia

Jumlah kasus/penderita pneumonia di Kabupaten Bintan tahun 2006 sebanyak 169 kasus dimana kasus tertinggi terdapat di wilayah puskesmas Tambelan sebanyak 107 kasus, Teluk Bintan 42 kasus, Tuapaya 12 kasus, Kijang 8 kasus sedangkan di 2 (dua) puskesmas lainnya yaitu Tanjung Uban dan Teluk Sebong tidak terdapat kasus pneumonia. Dari 169 kasus yang ada semuanya ditangani dengan pemberian obat dan penatalaksanaan pneumonia yang 167 diantaranya merupakan balita.

Penyakit HIV/AIDS dan IMS

Penyakit PMS HIV/AIDS masih menjadi masalah di Kabupaten Bintan. Pada tahun 2006 telah ditemukan 12 kasus HIV dari hasil Sero Survey terhadap dua lokalisasi resiko tinggi yakni di Kecmatan Gunung Kijang dan Kecamatan Bintan Utara pada tahun 2005. Sampel yang diambil sebanyak 199 dan diperiksa di Laboratorium Kesehatan di Pekan Baru, dari 12 kasus yang ditemukan semuanya telah mendapat penanganan pengobatan ART 100 persen.

Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS), di Kabupaten Bintan Tahun 2006 ditemukan sebanyak 1.351 penderita yang tersebar di 2 (dua) kecamatan dari 6 (enam) kecamatan yang ada yaitu di Kecamatan Bintan Timur 265 penderita dan Kecamatan Gunung Kijang 1.079 penderita. Dari 1.351 penderita semuanya telah diberikan pengobatan secara rutin dengan bekerjasama dengan ASA.

Penyakit Demam Berdarah ( DBD)

Penyakit Demam Berdarah (DBD) di Kabupaten Bintan masih merupakan masalah utama, dimana pada tahun 2006 terdapat 59 kasus (Insident Rate 0,48/1000) dengan kematian 0 orang (CFR 0 %), kasus tertinggi di Bintan Utara 23 kasus dan di Tambelan tidak terdapat kasus DBD. Jika dibandingkan dengan kondisi dua tahun terakhir, pada tahun 2004 ditemukan 23 kasus (Insident Rate 0,0/1000) dengan kematian 0 orang (CFR 0 %), sedangkan tahun 2005 terdapat 60 kasus dengan angka kematian 1 (satu) yaitu di Kecamatan Gunung Kijang sehingga Incident Rate 0,5 /1000, sementara CFR 0,008 /1000. Maka dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kasus DBD dan kematian akibat DBD dari tahun 2004 ke tahun 2005 namun pada tahun 2006 terjadi penurunan baik kasus DBD maupun kematian akibat DBD di Kabupaten Bintan.

Tabel 2

DATA KASUS DEMAM BERDARAH DI KABUPATEN BINTAN

LIMA TAHUN TERAKHIR TAHUN 2002 – 2006

NO

KECAMATAN

T A H UN

2002

2003

2004

2005

2006

K

M

K

M

K

M

K

M

K

M

1

Bintan Timur

45

0

24

0

14

0

14

0

12

0

2

Gunung Kijang

33

0

13

0

4

0

11

1

16

0

3

Teluk Bintan

0

0

0

0

0

0

6

0

1

0

4

Teluk Sebong

0

0

0

0

0

0

5

0

7

0

5

Bintan Utara

32

0

18

0

5

0

24

0

19

0

6

Tambelan

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

JUMLAH

110

0

43

0

23

0

60

1

55

0

Keterangan : K= Kasus, M = Meninggal

Sumber : Laporan Tahunan Program Pengamatan dan Pemberantasan Penyakit tahun 2006.

Penyakit Diare

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit menular yang dapat menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB). Pada tahun 2006 di Kabupaten Bintan tidak terjadi KLB diare . Kasus penyakit diare di Kabupaten Bintan selama tahun 2006 tercatat sebanyak 4.444 kasus (36,6 per 1.000 penduduk). Angka ini meningkat jika dibandingkan tahun 2005 yaitu 4.237 kasus (36 per 1.000 penduduk) dengan kasus terbanyak ditemukan di Kecamatan Bintan Utara sebanyak 1.760 kasus ( 14.5 per 1.000 penduduk).

Malaria

Penyakit malaria masih merupakan penyakit endemis di Kabupaten Bintan sampai saat ini. Hal ini disebabkan wilayah Kabupaten Bintan sebagai daerah kepulauan dan sebagian besar terdiri dari rawa-rawa/perairan ditambah lagi pelaksanaan pembangunan infrastruktur baik industri, pertambangan , perkantoran, dan perumahan yang sedang giat-giatnya dikembangkan mengakibatkan banyaknya bekas-bekas galian yang menjadi tempat penampungan air hujan dan menjadi sarang perkembangbiakan nyamuk anopeles yang merupakan vektor penyebaran malaria.

Pada tahun 2006 jumlah kasus malaria yaitu 1.965 kasus malaria positif (16,19 per 1000 penduduk) dan 15.002 kasus malaria klinis (114,25 per 1000 penduduk), keadaan ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2005, dimana kasus malaria postif 8.6 per 1000 penduduk dan malaria klinis 84 per 1000 penduduk. Hal ini menunjukkan penyakit malaria masih menjadi masalah di beberapa kecamatan di Kabupaten Bintan, ini dapat dibuktikan dengan tolok ukur atau indikator yang ada yakni API dan AMI .

Tabel 3

ANUAL PARASIT INCIDEN (API) PER PUSKESMAS

DI KABUPATEN BINTAN TAHUN 2002 – 2006

NO

PUSKESMAS

T A H U N

2002

2003

2004

2005

2006

1

Bintan Timur

8,2

3,5

1,49

10,1

11.6

2

Gn. Kijang

2,2

0,3

0,0

0,4

29.5

3

Teluk Bintan

1,5

1,0

2,01

12,5

26.3

4

Teluk Sebung

Masuk Bin-Ut

Masuk Bin-Ut

1,14

3,6

2.9

5

Bintan Utara

15,6

6,1

13,61

13,4

21.9

6

Tambelan

0

0

0

0

2.3

Kab. Bintan

5.7

4.8

5.1

9.0

16.5

Tabel 4

ANUAL MALARIA INCIDEN (AMI) PER PUSKESMAS

DI KABUPATEN BINTAN TAHUN 2002 – 2006

NO

PUSKESMAS

T A H U N

2002

2003

2004

2005

2006

1

Bintan Timur

89,9

107,5

69,19

92,8

110.5

2

Gn. Kijang

35,5

19,3

1,54

3,1

112.6

3

Teluk Bintan

15,8

14,5

3,89

40,5

116.7

4

Teluk Sebung

Masuk Bin-Ut

Masuk Bin-Ut

15,39

14,9

48.4

5

Bintan Utara

131,2

111,5

96,88

196,0

203.2

6

Tambelan

13,1

51,2

68,03

32,6

28.4

Kab. Bintan

62.3

51.3

60.9

84.4

125.3

Penyebaran kasus penyakit malaria di Kabupaten Bintan tahun 2006 menurut kecamatan dapat dilihat pada grafik berikut ini :

 
 

Grafik 1

Jumlah Penderita Penyakit Malaria Berdasarkan Gejala klinis dan Malaria Positif Per Kecamatan di Kabupaten Bintan tahun 2006

Penyakit Kusta

Setiap tahun upaya penemuan kusta baru terus dilakukan dengan berbagai kegiatan diantaranya kegiatan pasif maupun aktif (School survey dan chase survey). Dari kegiatan-kegiatan tersebut pada tahun 2006 ditemukan 4 kasus (0,32 Per 10.000 penduduk) yang tersebar di 2 kecamatan yaitu Bintan Timur 2 kasus dan Bintan Utara 2 kasus, ke empat kasus tersebut telah dilakukan pengobatan. Hal ini menunjukkan penyakit kusta belum tereleminasi dari Kabupaten Bintan walaupun terjadi penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2005 yaitu (0,34 Per 10.000 penduduk).

Penyakit Campak

Dari beberapa kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), di Kabupaten Bintan tahun 2006 hanya penyakit campak yang ditemukan, yang merupakan penyakit menular yang sering menyebabkan kejadian Luar Biasa ( KLB). Jumlah kasus penyakit campak pada tahun 2006 sebanyak 24 kasus yang menyebar di dua kecamatan yaitu Kecamatan Bintan Utara 8 kasus dan Gunung Kijang 4 kasus, jika dibandingkan dengan kejadian tahun 2005 terjadi peningkatan dimana tahun 2005 terdapat 11 kasus yang juga menyebar di dua kecamatan yaitu Kecamatan Bintan Utara 7 kasus dan kecamatan Teluk Bintan sebanyak 4 kasus.

b. Penyakit Tidak menular.

Dari 10 jenis penyakit terbesar berdasarkan jumlah kunjungan pasien di Puskesmas pada tahun 2006 kunjungan terbanyak adalah penyakit ISPA 4.994 kasus dan kasus paling rendah karies gigi 503 kasus. Jika dibandingkan dengan kunjungan tahun 2005 penyakit ISPA juga juga merupakan masalah pertama namun jumlah kunjungannya masih dibawah jumlah kunjungan tahun 2006 (kunjungan tahun 2005 sebanyak 4.086 kunjungan).

Grafik 2

Jumlah 10 Jenis Penyakit Terbesar Berdasarkan Jumlah Kunjungan

Di Kabupaten Bintan tahun 2006

Menurut hasil SKRT dan Sukesnas bahwa penyakit ISPA dan Sistem Pernafasan merupakan penyebab utama kematian bayi dimana 80 – 90 % dari seluruh kasus kematian ISPA disebabkan oleh Pneumonia. Angka kesakitan ISPA Pneumonia di Kabupaten Bintan tahun 2006 terdapat 167 kasus (137 per 100.000 penduduk) dengan Angka Incident Rate 0,99 % dan Case Fatality Rate 0 %, angka ini meningkat dibandingkan tahun 2005 yaitu 43 kasus ( 36 per 100.000 penduduk ) dengan Angka Incident Rate 0,27 % dan Case Fatality Rate 0 % .

5. Status Gizi

Status gizi merupakan kondisi tubuh seseorang sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi atau penampilan fisiologis yang diakibatkan oleh intake gizi dan penggunaannya oleh organisme, status gizi terutama ditentukan oleh ketersediaan semua zat dalam jumlah yang cukup dan dalam kombinasi yang tepat. Status gizi juga merupakan suatu indikator yang digunakan untuk mengukur status gizi masyarakat, antara lain: Bayi dengan Berat Badan Rendah ( BBLR), Status Gizi Balita, Status Gizi Wanita Usia Subur Kurang Energi Pronis (KEK), Anemia Gizi besi ( AGB) pada ibu dan pekerja wanita, dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium ( GAKY).

  1. Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah ( BBLR)

Jumlah kelahiran pada tahun 2006 yaitu sebanyak 2.958 bayi, dari jumlah tersebut yang lahir dengan Berat Badan Lahir Ringan (BBLR) sebanyak 24 bayi (0.81%) ini dapat diartikan setiap seratus kelahiran hidup terdapat satu bayi yang menderita BBLR. Kondisi ini lebih baik jika dibandingkan dengan tahun 2005 yaitu sebanyak 3.041 bayi, dari jumlah tersebut yang lahir BBLR 56 bayi (1,84 persen), artinya setiap seratus kelahiran hidup terdapat 1-2 orang yang lahir BBLR. Namun angka-angka tersebut masih belum melebihi target program KIA yaitu dibawah 5 persen dan angka ini tergolong kecil jika dibandingkan dengan angka nasional yaitu berkisar 7,6 % .

  1. Status Gizi Balita

Berdasarkan hasil survey status gizi balita yang dilaksanakan pada tahun 2006 dari 16.734 balita yang ada diukur sebanyak 8.201 balita, ditemukan 185 orang (2.25 persen) balita kekurangan gizi. Dari jumlah tersebut terdapat 19 anak (0.23 persen) menderita gizi buruk dan 166 anak (3.24 persen) anak menderita gizi kurang. Untuk menanggulangi masalah ini telah dilakukan pemberian makanan tambahan (PMT) selama 90 hari makan anak. Lebih rinci persentasi status gizi balita dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4

Hasil Pemantauan Satatus Gizi Balita Per Puskesmas

Kabupaten Bintan Tahun 2006

NO

PUSKESMAS

BALITA DIUKUR

STATUS GIZI (%)

Buruk

Kurang

Baik

Lebih

1

Kijang

1.016

0.19

6.00

93.62

0.19

2

Tuapaya

1.416

0.42

4.45

95.13

0.00

3

Teluk Bintan

991

0.40

1.82

97.07

0.71

4

Tg. Uban

3.493

0.06

1.49

98.37

0.08

5

Teluk Sebung

584

0.86

9.25

88.35

1.54

6

Tambelan

701

0.00

2.57

97.43

0.00

Jumlah

8.210

0.23

3.24

96.26

0.27

Sumber : Seksi Kesga dan Gizi

  1. Persentase Ibu Hamil Kurang Energi Kronis ( KEK ).

Ibu hamil di Kabupaten Bintan pada tahun 2006 berjumlah 3.572 orang. Dari jumlah tersebut yang menderita Kurang Energi Kronis ( KEK ) sebanyak 153 orang (4.3 persen), ini menunjukkan bahwa terdapat 4 orang yang menderita Kurang Energi Kronis ( KEK ) dari seratus ibu hamil di Kabupaten Bintan tahun 2006. Angka ini lebih baik bila dibandingkan dengan tahun 2005 yaitu 244 orang (7 persen) atau 7 orang yang menderita KEK dari seratus ibu hamil. Namun angka tersebut masih rendah jika dibandingkan dengan target program KIA yaitu dibawah 20 persen.

  1. Persentase Penderita GAKY.

Berdasarkan data yang ada seperti Laporan Kesakitan ( LB1 ) dan laporan lainnya, tidak ditemukan adanya Penderita Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) di Kabupaten Bintan tahun 2006. Keadaan ini sama dengan keadaan tahun 2005, namun demikian untuk mencegah terjadinya kekurangan yodium di tingkat masyarakat tetap dilakukan upaya promotif dengan melakukan pemeriksaan garam beryodium di tingkat rumah tangga yang dilaksanakan di 38 desa/kelurahan dari 42 desa/kelurahan yang ada di Kabupaten Bintan. Hasil pemeriksaan garam beryodium dari 38 desa/kelurahan yang diperiksa hanya 34 desa/kelurahan yang memiliki garam beryodium baik.

6. Perilaku Masyarakat.

Faktor perilaku merupakan faktor kedua terbesar mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Untuk itu sehubungan dengan upaya mewujudkan Visi Pembangunan Kesehatan Kabupaten Bintan maka faktor perilaku masyarakat khususnya yang berkaitan dengan kesehatan termasuk salah satu faktor yang paling besar pengaruhnya. Adapun pengertian dari Perilaku Sehat adalah sikap proaktif dari masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit dan berperan aktif dalam gerakan kesehatan. Perilaku Sehat akan sangat berkaitan pada pengetahuan, sikap atau sudut pandang manusia baik individu maupun kelompok yang dapat menjadi suatu budaya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian derajat kesehatan sangat dipengaruhi oleh perilaku sehat. Operasionalisasi perilaku sehat dikembangkan melalui program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sebagai upaya pokok promosi kesehatan, dengan strategi Advokasi, Bina Suasana dan gerakan masyarakat dalam rangka mewujudkan Visi Pembangunan Kesehatan Kabupaten Bintan.

Adapun hasil yang telah dicapai dalam indikator perilaku ini dapat dilihat melalui beberapa sub indikator antara lain :

Persentase Posyandu Purnama dan Mandiri.

Posyandu merupakan salah satu bentuk Peran Serta Masyarakat dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat. Di Kabupaten Bintan pada tahun 2006 terdapat 129 Posyandu, dari jumlah tersebut yang sudah termasuk dalam klasifikasi Purnama tercatat 59 ( 45,7

persen ), sedangkan yang mencapai klasifikasi Mandiri sebanyak 12 (9,3 persen), jika dibandingkan dengan tahun 2005 posandu klasifikasi purnama terjadi peningkatan sebanyak 9 posyandu namun untuk posyandu klasifikasi mandiri terjadi penurunan sebanyak 1 posyandu.

Jumlah posyandu ideal menurut Departemen Kesehatan yaitu 1 posyandu untuk seratus balita, jadi jika dibandingkan dengan jumlah anak balita yang ada pada tahun 2006, maka di Kabupaten Bintan masih terdapat kekurangan sebanyak 38 posyandu. (data terinci pada lampiran tabel 47).


 
   

Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat

Dari hasil laporan seksi Promosi Kesehatan Dinas Kesehatan dan KB Kabupaten Bintan tahun 2006, telah dilakukan pemantauan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di beberapa rumah tangga. Rumah tangga yang dipantau sebanyak 5.886 rumah tangga dan 4.660 rumah tangga (79.2 persen) diantaranya telah ber PHBS.

Penyuluhan Kesehatan.

Kegiatan penyuluhan kesehatan merupakan salah satu upaya untuk menyedarkan masyarakat akan pentingnya berperilaku hidup sehat. Kegiatan penyuluhan kesehatan yang dilakukan selama tahun 2006 sebanyak 492 kali penyuluhan.

7. Proporsi Penduduk Yang Menggunakan Sarana Kesehatan (Puskesmas)

Penduduk yang memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas tahun 2006 sebanyak 92.681 kunjungan (0,93 per 100.000 penduduk) artinya pada setiap 100.000 penduduk terdapat 1 orang yang memanfaatkan puskesmas sebagai tempat pemeriksaan kesehatan. Kunjungan ini terdiri dari 89.845 kunjungan rawat jalan dan 2.836 kunjungan rawat inap.

Bila dibandingkan dengan kunjungan tahun 2005 terjadi peningkatan yang signifikan dimana kunjungan tahun 2005 sebesar 90.215 kunjungan, dan jika dibandingkan dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk Rawat Jalan sebesar 15 persen, maka jumlah kunjungan penduduk yang menggunakan sarana kesehatan sudah melebihi Standar Pelayanan Minimal dimana kunjungan rawat jalan tahun 2006 sebanyak 89.85 kunjungan (96,94 %0). Jumlah kunjungan rawat inap 2.836 pada tahun 2006 dengan cakupan 3,06 % per penduduk dan angka ini lebih baik dibandingkan dengan SPM yaitu sebesar 1,5 %.

8. Kesehatan Lingkungan .

Menurut penelitian bahwa faktor lingkungan merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap kesehatan. Lingkungan sehat merupakan lingkungan yang dapat mencegah masyarakat agar terhindar resiko penularan menyakit yang berbasis lingkungan. Sub indikator yang menjadi penilaian faktor lingkungan yaitu rumah sehat, sekolah dan madrasah sehat, sarana ibadah sehat, pesantren sehat, TTU sehat dan keluarga yang memiliki sarana sanitasi / kesehatan lingkungan. Sub indikator lingkungan sehat dengan uraian sebagai berikut:

Persentase Rumah Sehat.

Rumah yang sehat akan dapat menciptakan lingkungan yang sehat pula. Berdasarkan laporan tahun 2006 terdapat sebanyak 24.020 unit rumah, dan dari 2.400 unit rumah yang diperiksa dapat diklasifikasikan rumah yang sehat sebanyak 1.177 unit (49,0 persen). Keadaan ini berbeda jika dibandingkan dengan tahun 2005, dimana jumlah rumah yang diperiksa 11.213 unit rumah, jumlah yang sehat 8.090 unit rumah (72,1 persen).

Persentase Tempat Tempat Umum Sehat.

Tempat-tempat umum merupakan tempat terjadinya aktifitas dan interaksi banyak orang yang memungkinkan terjadinya penularan penyakit, untuk itu perlu mendapatkan perhatian dalam hal fasilitas kebersihannya.

Jenis TTU yang didata dan termasuk kedalam penilaian antara lain kantor pemerintah/swasta, hotel/penginapan, toko, pasar, restoran/rumah makan, salon dan lain-lain. Semua jenis TTU tahun 2006 berjumlah 155 dan diperiksa sebanyak 141 TTU dengan hasil TTU sehat sebanyak 116 (74,8 persen).

Persentase Keluarga Memiliki Sarana Kesehatan Lingkungan

Sarana kesehatan lingkungan/sanitasi yang menjadi persyaratan kesehatan suatu rumah/keluarga yaitu penyediaan air bersih. Jamban, pembuangan air limbah dan tampat sampah.

Kepemilikan Jamban.

Jumlah keluarga/KK yang yang ada di Kabupaten Bintan tahun 2006 sebanyak 27.061 KK, yang memiliki sarana jamban keluarga (JAGA) sebanyak 14.650 KK (54.13 persen) dan yang tidak mempunyai JAGA 12.411 KK (45.87 persen).

Saluran Pembuangan Air Limbah.

Jumlah keluarga / KK yang memiliki Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) tahun 2006 sebanyak 4.658 KK (74.35 persen) dari 6265 KK yang di periksa.

Persediaan Air Bersih.

Jumlah keluarga/KK yang diperiksa sebanyak 2.502 KK, KK yang mempunyai akses air bersih ledeng 2.502 KK ( 100 % ), SGL 1.375 KK (54,96 %), ledeng 893 KK (35,7%), kemasan 127 KK (5,08 %), lain-lain 107 KK (4,3 % ), PAH dan SPT masing-masing 0 KK ( 0 % ), Tabel terinci tabel. 49.

9. Pelayanan Kesehatan.

Pelayanan kesehatan yang bermutu,adil dan merata merupakan gambaran pelayanan kesehatan yang sesuai dengan Visi Indonesia Sehat 2010, untuk mewujudkan hal tersebut di Kabupaten Bintan telah tersedia sarana pelayanan kesehatan yang tersebar diseluruh kecamatan sampai ke desa-desa, baik sarana pelayanan kesehatan pemerintah maupun sarana pelayanan kesehatan swasta.

Upaya yang telah dilaksanakan Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan tahun 2006 dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap masayarakat dapat diketahui dari uraian sub indikator berikut:

a. Rasio Sarana Kesehatan Dasar Terhadap Penduduk.

Sarana kesehatan dasar baik pemerintah maupun swasta yaitu Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Polindes, Puskesmas Keliling, Balai Pengobatan dan Posyandu berjumlah 201, dengan rasio 165 per 100.000 penduduk. Sarana yang paling banyak adalah Posyandu sebanyak 129 sarana dan yang paling sedikit yaitu Rumah Sakit sebanyak 1 sarana.

b. Rasio Sarana Kesehatan Rujukan Terhadap Penduduk.

Di wilayah Kabupaten Bintan hanya ada 1 unit Rumah Sakit type D, milik PT. Aneka Tambang dan 6 unit Rumah Bersalin dengan status swasta. Rasio sarana kesehatan rujukan yaitu 5,9 per 100.000 penduduk,

c. Persentase Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan.

Jumlah persalinan di Kabupaten Bintan 2006 yaitu sebanyak 2.958 persalinan. Dari jumlah tersebut, persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan sebanyak 2.842 persalinan (96,08 persen). Angka ini terjadi peningkatan dari cakupan tahun 2005 sebanyak 3.044 persalinan (93.66 persen). Jika dibandingkan dengan target program KIA yang telah ditentukan yaitu sebesar 85 persen, maka pencapaian jumlah persalinan yang ditolong tenaga kesehatan sudah melebihi target, (Tabel. 17).

d. Persentase Bayi Diimunisasi Lengkap

Jumlah bayi yang tercatat pada tahun 2006 yaitu sebanyak 3.246 bayi, dari jumlah tersebut cakupan bayi yang diimunisasi lengkap yaitu sebanyak 3.169 bayi ( 97,63 persen ), sedangkan cakupan pada tahun 2005 sebesar 94,11 persen.

e. Desa/Kelurahan Universal Child Imuzation (UCI)

Dari 42 Desa/Kelurahan yang di Kabupaten Bintan, yang tercatat di Seksi Penanggulangan Penyakit 38 Desa/Kelurahan. Dari 38 desa/kelurahan yang ada 24 deasa/kelurahan (63,2 persen) diantaranya telah mencapai desa/kelurahan UCI. Cakupan desa/kelurahan UCI tertinggi adalah di Kecamatan Bintan Timur dan Tambelan masing-masing 100 persen, sedangkan terendah di Kecamatan Gunung Kijang tidak terdapat desa/kelurahan UCI.

f. Kejadian Luar Biasa (KLB)

Kejadian Luar Biasa (KLB) yang ditangani < 24 jam pada tahun 2006 terdapat 2 kasus yaitu Bintan Utara 1 kasus dan Teluk Sebong 1 kasus, yaitu kasus keracunan makanan.

g. Pemberian Tablet Tambah Darah dan Imunisasi TT.

Jumlah ibu hamil di Kabupaten Bintan Tahun 2006 3.572 ibu hamil yang mendapatkan tablet tambah darah (Fe) sebanyak 30 tablet sebesar 91.63 persen dan yang mendapatkan tablet tambah darah (Fe) sampai 90 tablet sebesar 82.87 persen. Ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT1 sebanyak 2.826 orang (80.12 persen) dan yang mendapatkan imunisasi TT2 sebanyak 2.477 orang (69,3 persen).

h. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif.

Jumlah bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif sampai dengan 6 (enam) bulan tahun 2006 sebanyak 2.842 bayi (87.55 persen) dari 3.246 bayi yang ada. Dari 6 (enam) puskesmas hanya puskesmas Tanjung Uban dan Tambelan yang telah mencapai > 90 persen.

10. Persentase Peserta KB Terhadap PUS.

Pasangan Usia Subur (PUS) yang tercatat berjumlah 18.265 PUS, yang menjadi peserta KB baru sebanyak 2.758 peserta (15,10 persen), dan yang menjadi peserta KB aktif sebanyak 12.943 peserta (70,86 persen). Bila dilihat dari angka standar PUS yaitu 16,5 persen dari jumlah penduduk atau 20.014 PUS, maka jumlah PUS pada tahun 2006 ini masih jauh berada dibawah angka standar. Dan jika dibandingkan dengan tahun 2005, terjadi penurunan persentase jumlah peserta KB baru dan KB aktif dimana dari 19.088 Pasangan Usia Subur, peserta KB Aktif sebanyak 12.389 peserta (65,1 persen) dan diantaranya peserta KB baru yaitu sejumlah 2.748 peserta (14 persen).

11. Sumber Daya Kesehatan

Upaya Kesehatan dapat berdaya guna dan berhasil guna bila pemenuhan sarana kesehatan dan pembiayaan dapat memadai dan seimbang dengan kebutuhan. Sumber daya kesehatan dapat diukur dengan beberapa indikator kecukupan antara lain:

a. Tenaga Kesehatan.

Jumlah tenaga kesehatan PNS dan non PNS yang bekerja di Kecamatan/Puskesmas tahun 2006 adalah 269 orang. Sementara jumlah tenaga kesehatan yang bekerja di Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan terdapat 108 orang.

Jumlah Tenaga Dokter/100.000 Penduduk.

Dalam rangka meningkatkan mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan diperlukan tenaga dokter yang cukup. Gambaran mengenai jumlah tenaga dokter dapat dilihat dari indikator jumlah dokter per 100.000 penduduk. Jumlah tenaga dokter yang bekerja di Puskesmas pada tahun 2006 sebanyak 27 orang atau 22,6 per 100.000 penduduk.

Rasio Tenaga Dokter Puskesmas /Puskesmas dan Persentase Puskesmas dengan Dokter. Untuk meningkatkan mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan maka upaya dititikberatkan pada pelayanan kesehatan dasar sebagai upaya terpadu yang diselenggarakan melalui Puskesmas. Indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat kecukupan tenaga dokter di Puskesmas adalah Rasio Dokter Puskesmas per Puskesmas. Rasio Dokter per Puskesmas di Kabupaten Bintan Tahun 2006 adalah sebesar 4,14 ini dapat diartikan bahwa di Kabupaten Bintan pada tahun 2006 setiap Puskesmas memiliki tenaga dokter rata-rata 4 orang.

Rasio Tenaga Dokter Gigi Puskesmas dan Persentase Puskesmas dengan Dokter Gigi. Untuk mengetahui kecukupan tenaga dokter gigi di Puskesmas dapat dilihat dari Rasio Dokter Gigi Puskesmas/ Persentase Puskesmas dengan Dokter Gigi. Rasio Dokter Gigi per Puskesmas di Kabupaten Bintan tahun 2006 adalah 1,5 atau rata-rata Puskesmas di Kabupaten Bintan memiliki 1-2 orang dokter gigi. Persentase Puskesmas dengan dokter gigi di Kabupaten Bintan pada tahun 2006 adalah 157 %.

Penempatan Bidan di Desa

Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak di daerah pedesaan ditempatkan bidan di desa. Upaya ini telah dilakukan sejak Pelita V , untuk memenuhi desa-desa yang jauh dari puskesmas. Pada tahun 2006 Kabupaten Bintan telah memiliki 73 orang bidan yang penempatannya tersebar di 42 Desa/Kelurahan yang ada di Kabupaten Bintan.

Jumlah Perawat per 100.000 penduduk.

Dalam rangka peningkatan upaya perawatan kesehatan masyarakat, tenaga perawat kesehatan memegang peranan yang sangat penting, karena pada umumnya tenaga perawat memberikan pelayanan langsung baik kuratif maupun preventif. Jumlah perawat per 100.000 penduduk menurut kecamatan dapat memberikan gambaran tentang penyebaran tentang penyebaran perawat di seluruh Kabupaten. Di Kabupaten Bintan tahun 2006 jumlah perawat adalah 116 orang atau 95,6 per 100.000 penduduk. dengan kata lain tiap perawat melayani 1.045 orang penduduk.

b. Sarana Kesehatan

Pembangunan Kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kualitas dan pemerataan jangkauan pelayanan kesehatan. Dalam upaya mencapai tujuan tersebut penyediaan sarana kesehatan merupakan hal yang penting.

Puskesmas

Puskesmas merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat. Puskesmas dalam perkembangannya, dari tahun ke tahun terus meningkat yang bertujuan agar pelayanan kesehatan dapat terjangkau oleh masyarakat dan merata sampai di daerah terpencil.

Jumlah Puskesmas pada tahun 2006 sebanyak 6 Puskesmas ( 4,94 per 100.000 penduduk ) . Ini berarti bahwa 100.000 penduduk dilayani oleh 4 – 5 puskesmas, dengan kata lain diperkirakan satu puskesmas melayani kurang lebih 20.217 penduduk. Semakin tinggi ratio puskesmas terhadap penduduk, semakin besar peluang masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan. Dari angka tersebut, di Kabupaten Bintan ratio puskesmas terhadap penduduk masih dibawah target RPJMD tahun 2005 – 2010 yaitu 1 : 15.000 penduduk.

Puskesmas Pembantu

Pada tahun 2006, Kabupaten Bintan terdapat 31 Puskesmas Pembantu atau 25,55 per 100.000 penduduk. Ini dapat diartikan bahwa dalam setiap 100.000 penduduk dilayani 25 – 26 Puskesmas Pembantu atau setiap satu Puskesmas Pembantu dapat melayani 3.913 penduduk. Angka ini masih dibawah target RPJM 2005 – 2010 Kabupaten Bintan yaitu 1 : 1.500 penduduk.

Puskesmas Keliling

Pada tahun 2006 jumlah puskesmas keliling di Kabupaten Bintan adalah 13 ( Roda 4 ) dan 3 unit Puskel laut.

Polindes

Pada tahun 2006 jumlah Polindes di Kabupaten Bintan adalah 35 orang dan setiap polindes telah ditempat 1 orang bidan.

Posyandu.

Dalam upaya pelayanan kesehatan bagi Balita, di Kabupaten Bintan pada tahun 2006 terdapat 129 Posyandu sedangkan jumlah Balita yang ada sebanyak 16.734 orang , ini berarti setiap posyandu melayani 129 Balita

c. Pembiayaan Kesehatan

Dalam empat tahun terakhir terutama sejak otonomi daerah komitmen pemerintah untuk pembiayaan kesehatan cukup menggembirakan dan memberi harapan. Hal ini didukung dengan kesepakatan Bupati Seluruh Indonesia pada tahun 2001, yaitu sebesar 15 – 20 % dari APBD. Namun komitmen politik ini belum sepenuhnya dapat direalisasikan sebagaimana yang diharapkan. Anggaran /pembiayaan sektor kesehatan di Kabupaten Bintan sejak tahun 20025 sampai dengan tahun 2006 relatif masih rendah. Sebagai gambaran pada dua tahun terakhir anggaran kesehatan Kabupaten Bintan yaitu dana yang disediakan untuk penyelenggaraan upaya kesehatan yang dialokasikan melalui APBD Kabupaten dapat dilihat pada table berikut ini :

Tabel 6

ANGGARAN KESEHATAN PEMERINTAH

KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005 s/d 2006

Tahun

Pagu Dana

Jumlah Jiwa

Alokasi Anggaran Perkapita

Ket

2005

Rp. 11.166.096.000

117.825 jiwa

Rp. 94.768

2006

Rp. 26.723.277.000

121.303 jiwa

Rp. 220.302

 
1 Komentar

Ditulis oleh pada Januari 18, 2008 inci Data Kesehatan

 

1 responses to “PENCAPAIAN PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN DI KABUPATEN BINTAN TAHUN 2006

  1. Susanto

    Desember 3, 2008 at 5:53 pm

    Hampir semua Kabupaten dan propinsi di seluruh Indonesia % alokasi APBD untuk Pembangunan Kesehatan relatif sama pak.
    rata-rata nasional hanya 7% dari total APBD masing-masing kab/prop pak, kecuali NTB tahun 2007 mencapai 18,19% dan Kalsel 14.72%.
    memang secara nominal anggaran untuk kesehatan naik pak tapi secara persentase tetap bahkan menurun seperti di tempat saya lima tahun terakhir ini.

     

Tinggalkan komentar